Tuesday, May 17, 2011

Pustaka Rindukan Kunjungan Pembaca


Bertanya Mahasiswa Pada Om Google
Apa sebab kita keranjingan internet saat ini? Kenyataannya pada saat ini google sangat populer untuk mencari informasi terutama bagi kita kalangan mahasiswa yang sibuk dengan tugas-tugas. Banyak alasan yang menyebabkan kita suka mencari informasi lewat google daripada harus membaca buku di perpustakaan.
            Mencari informasi lewat google waktu yang dibutuhkan relatif singkat, informasi yang didapat bisa lebih dari satu, bisa di copy paste, dan bisa diakses dimana saja.
Padahal jika mencari bahan kuliah di perpustakaan mungkin akan menyita waktu cukup lama untuk mencarinya. Namun, apa yang ada di dalam buku tersebut bisa dipertanggungjawabkan isinya. Dapat dikatakan nilai kebenarannya mencapai 99%.
Kebiasaan mencari bahan dengan google ini nampaknya seperti makanan sehari-hari kita. Rasanya untuk beralih ke buku-buku yang ada di perpustakaan sudah sulit untuk saat ini.
Saat mengerjakan tugas kita sering langsung mengambil dari blog orang dan copy paste. Hanya dengan waktu ± 15 menit tugas langsung bisa diprint. Terkadang kita terpikir sampai kapan kita harus seperti ini?
Padalah buku memiliki kelebihan yang banyak dibandingkan dengan google. Kelebihan buku antara lain informasi yang diberikan jauh lebih akuarat, isinya bisa dipertanggungjawabkan, informasi yang diberikan juga jauh lebih banyak, sambil kita membaca dan mencari bahan-bahan dapat menambah referensi materi, bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami, dan buku tidak memberikan kontribusi terhadap kerusakan mata akibat terlalu banyak melihat layar komputer atau laptop.
Dulu orang yang banyak buku bisa disebut sabagai kutu buku, pintar karena suka membaca. Tapi untuk orang yang suka mencari informasi lewat google kita belum tahu. Buku sebagai gudang ilmu dan buku sebagai jendela dunia seakan kita sudah melupakan istilah itu karena hadirnya om google. Kita disulap menjadi manusia yang pemalas.
Kebiasaan copy paste (kopas) mengambil tulisan orang pada dasarnya  tidak ada hukum atau pun undang-undang yang mengaturnya namun mengambil tulisan orang bisa merendahkan nilai dari usaha penulis. Sama halnya dengan pacar kita berselingkuh atau diambil orang lain karena hubungan kita belum ada dasar hukumnya. Jadi, apabila kita hobi mengambil tulisan orang, maka kita tidak boleh marah apabila pacar kita diambil orang.
Tidak ada yang melarang kita menggunakan segala kenyamanan yang diberikan oleh google, namun yang perlu kita ingat bahwa kita harus bisa menimbang mana yang harus kita gunakan pada suatu waktu antara buku dan google.
Jadi, mari kita mulai kembali pada buku sebagai referensi materi dari tugas-tugas kuliah kita dan kita tidak perlu khawatir, karena buku tidak selalu harus dibeli untuk mendapatkannya.
Ihsan Hadi_Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

Guru Hebat untuk Peserta Didik Cerdas


Resensi Buku Terbaru Terbitan 2011
Judul buku       : Menjadi Guru Hebat
Pengarang       : Syamdani
Penerbit          : Teras
Tahun terbit     : Januari 2011
Tebal halaman : xv + 142 halaman
Harga buku     : Rp 30.000
            Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk memanusiakan manusia Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tentu harus mengubah gaya pembelajarannya bila ingin seiring dengan negara-negara maju dalam penyelenggaraan pendidikannya. Oleh karena itu untuk melaksanakan pendidikan agar lebih bermutu dibutuhkan guru yang berkompetensi tinggi untuk penyelenggara pendidikan tersebut.
            Pemerintah menetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Keempat kompetensi tersebut kemudian dirinci menjadi 24 butir yang bisa dipahami oleh setiap guru secara lebih baik.
            Buku ini mengelola pengalaman itu secara ketat dan kritis oleh penulis dengan melakukan wawancara langsung terhadap siswa, mahasiswa, guru, dan dosen sehingga memberikan bahan-bahan yang relevan dan bisa dipertanggungjawabkan isinya. Buku ini berisi uraian cerita dan analisis 45 kompetensi yang harus dimiliki guru professional.
Semua kompetensi itu terdeskripsikan secara kronologis dan anatominya serupa cerita dilengkapi dengan fakta-fakta yang sering terjadi di lapangan tentang kebiasan guru ataupun dosen yang tidak mampu memahami hakiki kehadirannya dalam dunia pendidikan.
Bagaimanakah gambaran 45 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru professional tersebut?
Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan saat ini, setiap pendidik harus menyadari bahwa banyak terdapat komponen yang berperan di dalamnya. Dua komponen utama dalam pembelajaran yaitu guru dan siswa, salah satunya bisa saja salah. Siswa misalnya, mereka memiliki kelemahan karena kelemahan itulah mereka belajar. Seorang guru harus mampu memahami bahwa generasi muda adalah orang-orang yang sedang mencari jati dirinya. Generasi muda lebih membutuhkan sentuhan yang manusiawi untuk menuju masa depannya dan bukan dengan kekerasan. Tidak zamannya lagi untuk pendidik melakukan kekerasan fisik ataupun mental terhadap peserta didiknya, kecuali dilakukan oleh para pendidik yang kurang terpelajar.
Di era yang lebih menyorot masalah kemanusiaan dan moral ini, maka pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan akan menjadi salah satu jalan terbaik yang dapat dilakukan setiap tenaga pendidik untuk menuju kearah yang lebih baik lagi dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
Fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini dalam proses belajar dan mengajar guru ataupun dosen sering mengukur kemampuan anak didiknya dengan kemampuan dirinya, sementara siswanya harus menguasai banyak materi pelajaran dari mata pelajaran yang berbeda pula, sedangkan sang guru hanya membaca satu materi saja, yaitu materi yang sudah sekian tahun digelutinya.
Pada buku ini menjelaskan bahwa guru yang hebat dan professional, tidak harus mengukur kemampuan dirinya dengan siswanya karena jelas hal itu tidak adil sama sekali. Dalam penilaian pun guru yang hebat tidak harus membandingkan nilai dirinya dengan siswanya. Sedangkan perbandingan nilai sama-sama siswa saja berdeda, sehingga ada nilai yang terbaik dan nilai yang terjelek. Sebuah kesalahan bahwa seorang guru ataupun dosen berprinsip, nilai 10 adalah untuk Tuhan, nilai 9 untuk guru, dan nilai 8 untuk nilai siswa terbaik karena perbandingannya benar-benar tidak sebanding. Bagaimana manusia bisa mengukur panjang sebuah meja dengan ukuran kilogram?
Faktor-faktor yang melatar belakangi guru lebih suka marah-marah kepada siswa waktu proses belajar mengajar berlangsung dalam buku ini juga dikupas secara tajam oleh penulis di mana guru yang suka marah disebabkan karena ia tidak menguasai bahan ajar dan kurang mengintrospeksi dirinya sendiri. Guru yang hebat tidak memandang siswanya sebagai sosok yang bisa diperbuat sekehendak hati melainkan memandangnya sebagai orang terbaik yang dihadirkan Tuhan untuk dididik agar ia bisa menggali potensi yang ada di dalam dirinya.
Buku ini merupakan studi yang menunjukkan bagaimana pola, arah, dan efektifitas yang harus ditempuh guru agar ia berhasil mentransferkan ilmu kepada peserta didiknya.
 Peristiwa dan konflik-konflik yang diterangkan dalam buku ini sebenarnya telah berlangsung dalam waktu yang sangat lama seperti mengusir siswa yang terlambat, alasannya ingin menegakkan disiplin. Pertanyaan yang timbul sekarang seandainya guru yang terlambat apa hukumannya? Apakah ada guru yang diusir dari dalam kelas karena terlambat? Apakah guru hendak memberikan pendidikan bahwa di dunia ini ada orang-orang tertentu yang kebal dengan aturan dan kesalahan termasuk disiplin? Kiamat ke-2 yang didapati siswa kalau masih ada seperti ini pada saat sekarang.
Tujuan buku ini bukan membuka luka lama atau mengungkit-ungkit peristiwa tragis di masa lalu kita saat masih duduk di bangku sekolahan. Akan tetapi kehadiran buku ini menjaga ingatan kolektif kita agar peristiwa ataupun konflik-konflik yang terjadi di masa silam tak terulang dan memberikan kedalaman pemahaman terhadap semua itu agar di masa depan siswa-siswa tak lagi dirundung tragedi yang serupa. Ingatan dan pemahaman itu menjadi modal merumuskan cara guru menghadapi dan menangani konflik yang terjadi di masa silam agar menjadi lebih demokratis pada saat sekarang dan pada masa yang akan datang. Bukankah salah satu hakikat demokrasi adalah mengelola ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru ataupun dosen yang demokratis, ketidakmampuan siswa bukan untuk disembunyikan melainkan dicarikan solusinya.
Ihsan Hadi_Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

Puisi Fenomenal dalam Dunia Sastra "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Identitas Buku Judul: Hujan Bulan Juni Penulis:  Sapardi Djoko Damono ...