Saturday, October 29, 2011

Sejarah Perkembangan Ilmu Retorika

Sejarah Perkembangan Retorika
Uraian sistematis yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di pulau Sicilia. Di mana bersistem pemerintahan diktator dan pada saat itu diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah. Untuk mengambil haknya itu pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan, waktu itu tidak ada pengacara dan sertifikat tanah. Sering orang tidak berhasil karena ia tidak pandai bicara.
Untuk membantu orang untuk mengambil haknya di pengadilan tersebut Corax menulis makalah retorika dengan teknik kemungkinan dan dia juga meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dari sini para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato.
Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak betahan lama namun ajaran Corax tetap berpengaruh bahkan sampai pada zamannya Aristoteles dan ahli retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric).
Inventio (penemuan). Pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat, dalam taap ini pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, harus sanggup menunjukkan kepada khlayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, harus menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sayang mereka (pathos). Ketiga, meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini kita mendekati khalayak lewat otaknya.
Dispositio (penyusunan), pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan, pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan berpikir manusia: pengantar, pertanyaan, argumen, dan epilog. Menurut Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas (ethos), dan menjelaskan tujuan.
Elucutio (gaya), pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk “mengemas” pesannya. Menggunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata yang jelas dan langsung; sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup; dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
Memoria (gaya), pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya, dan mengatur bahan-bahan pembicaraan. Di antara semua peninggalan retorika klasik, memori adalah yang paling kurang mendapat perhatian para ahli retorika modern.
Pronuntiatio (penyampaian), pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Di sini, akting sangat berperan pembicara harus memperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan (gestus moderatio cum venustate).
1.        Retorika Zaman Romawi
Retorika pada zaman Romawi, tidak terlepas dari teori retorika Aristoteles yang sistematis dan komprehensif, retorika telah memperoleh dasar teoritis yang kokoh. Retorika pada zaman Romawi merupakan warisan retorika gaya Yunani, orang-orang Romawi hanya mengambil segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi bukan hanya subur dengan sekolah-sekolah retorika tetapi juga kaya dengan orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, dan Hortensius.
2.        Retorika Abad Pertengahan
Abad pertengahan sering disebut abad kegelapan bagi retorika, karena ketika agama kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Orang kristen tersebut melarang mempelajari ilmu retorika yang dirumuskan oleh orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala. Bila ia memeluk agama kristen secara otomatis ia akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebenaran.
Satu abad kemudian di Timur muncul peradaban baru yaitu seorang nabi ia seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata singkat yang mengandung makna padat yaitu Nabi Muhammad saw, perkataannya menyebabkan pendengarnya berguncang hatinya dan berlinang air matanya. Ada seorang ulama yang mengumpulkan khusus pidatonya dan menamainya dengan Madinat al-Balaghah. Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia dalam peradaban Islam. Kaum muslimin menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika. Tetapi retorika Yunani yang dicampakkan di Eropa Abad Pertengahan, dikaji dengan tekun oleh para ahli balaghah, sayangnya sangat kurang sekali studi berkanaan dengan kontribusi balaghah pada retorika modern. Balaghah, beserta ma’ani dan bayan, masih tersembunyi di pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional.
3.        Retorika Modern
Retorika modern pertama kali yang mengantarkan adalah Renaissance, menghubungkan Renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon. Retorika pada zaman ini mempunyai beberapa aliran yang dimana aliran-aliran itu sebagai berikut:
Ø  Aliran epistemologis, aliran ini lebih menekankan pada proses psikologis. Epistemologi membahas “teori pengetahuan”; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologi berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif (yang membahas proses mental). Para pemikir aliran ini antara lain:
·           George Campbell (1719-1796), menurutnya retorika harus diarahkan kepada upaya “mencerahkan pemahaman, menyenangkan imajinasi, menngerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan”.
·           Richard Whately, menurutnya retorika berorientasi kepada khalayak (audience-centered).
Ø  Aliran belles lettres (retorika belletris), aliran ini mengutamakan keindahan bahasa , segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Jadi, kedua aliran di atas terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato-pada penyusunan pesan dan penggunaan bahasa.
Ø  Aliran elokusionis, aliran ini justru menekankan teknik penyampaian pidato. Aliran ini mendapat kritikan karena perhatian- dan kesetiaan- yang berlebihan pada teknik.
Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking.

No comments:

Puisi Fenomenal dalam Dunia Sastra "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Identitas Buku Judul: Hujan Bulan Juni Penulis:  Sapardi Djoko Damono ...